Kamis, 16 November 2017

PERUBAHAN TINGKAH LAKU MAKAN PADA PEDET SAPI PFH (PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN) SEBAGAI PENENTU WAKTU PENYAPIHAN PEDET

PERUBAHAN TINGKAH LAKU MAKAN PADA PEDET SAPI PFH (PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN) SEBAGAI PENENTU WAKTU PENYAPIHAN PEDET



 


USULAN PENELITIAN
 







Oleh:

AULIA FATMAWATI











PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016






JUDUL:         PERUBAHAN TINGKAH LAKU MAKAN PADA PEDET SAPI PFH                     (PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN) SEBAGAI PENENTU WAKTU                PENYAPIHAN PEDET

LATAR BELAKANG
Pemeliharaan sapi perah perlu dikembangkan karena memiliki potensi yang cukup besar untuk mengurangi impor susu maupun impor sapi perah yang selama ini masih dilakukan. Sukses atau tidak pemeliharaan sapi perah bergantung mulai dari manajemen pemeliharaan fase pedet karena pada fase ini pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat cepat. Kesalahan yang dilakukan dalam pemeliharaan fase pedet dapat menyebabkan tidak maksimalnya pertumbuhan atau  bahkan menyebabkan kematian.
Kebutuhan nutrisi yang diperluhkan oleh pedet agar dapat tumbuh dengan baik dipenuhi dari air susu induknya. Nutrisi yang diperluhkan oleh pedet semakin lama akan semakin meningkat sehingga air susu yang dihasilkan induk tidak akan dapat memenuhi kebutuhannya, maka dari itu diperlukan pakan tambahan yang harus disesuaikan dengan kondisi saluran pencernaan pedet. Saluran pencernaan pedet pada awal kelahiran mirip dengan hewan non ruminansia karena empat bagian perutnya terutama rumen belum berkembang dengan baik (Rahayu, 2010).
Perkembangan saluran  pencernaan pedet dari yang tergolong non ruminansia ke ruminansia dapat dilihat melalui perubahan tingkah laku makan. Tingkah laku makan pada pedet akan berubah seiring dengan bertambahnya umur pedet, terkait dengan perkembangan organ pencernaan terutama rumen yang akan menyebabkan pedet mulai melakukan ruminasi. Pedet yang mulai melakukan ruminasi menandakan bahwa saluran pencernaan rumen yang dimiliki pedet sudah mulai berkembang.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sudah terjadi perkembangan organ saluran pencerrnaan pedet atau belum dengan melihat tingkah laku makan pedet sehingga dapat dijadikan dasar waktu penyapihan yang ideal.
MATERI DAN METODE
            Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan tingkah laku makan pedet agar dapat dijadikan dasar pemberian pakan serta waktu penyapihan yang ideal. Penelitian ini dilakukan di kandang Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Perttanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Materi yang digunakan adalah pedet PFH sebanyak 4 ekor, berumur 3, 4, 5 dan 6 minggu dengan bobot badan rata-rata 37 kg. Pedet yang digunakan dalam penelitia ini dipelihara terpisah dengan induknya sejak lahir. Bahan pakan tambahan yang diberikan selain susu adalah konsentrat dan hijauan rumput raja.
            Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan pakan untuk menghitung jumlah pakan yang diberikan serta sisa pakan,.
Prosedur penelitian
            Penelitian dilakukan dengan 4 tahap yaitu persiapan, adaptasi pakan, pengamatan dan analisis data. Kegiatan yang dilakukan pada saat persiapan adalah melakukan simulasi, mempersiapkan kandang individu untuk ternak dan sanitasi kandang. Adaptasi lingkungan dan pakan dilakukan dengan menempatkan pedet ke dalam kandang yang telah disediakan, pedet setiap hari diberikan susu dengan takaran yang sama. Pakan tambahan hijauan dan konsentrat diberikan juga dengan takaran yang sama untuk memenuhi kebutuhan pedet yang tidak dapat terpenuhi hanya dengan susu.
Pengambilan data dilakukan 2x24 jam setiap minggu selama 10 minggu. Data yang di ambil merupakan tingkah laku pedet diantaranya minum, makan, ruminasi, berdiri, berbaring, urinasi dan defikasi. Konsumsi pakan hijauan dan konsentrat ditimbang sebelum diberikan dan apabila terdapat sisa.

Parameter pada penelitian ini antara lain tingkah laku makan pedet yang berubah seiring dengan bertambahnya umur pedet. Data dianalisis secara deskriptif.